Jan 15, 2012

Bangunan Hijau Sejukkan Kota Dunia



Menghijaukan sektor properti di perkotaan menjadi salah satu kunci peralihan kota menjadi kota yang ramah alam. Sektor properti atau bangunan adalah penyumbang gas rumah kaca terbesar (8,6 miliar ton emisi setara CO2).

Hal ini karena sektor bangunan mengonsumsi sepertiga energi dunia. Energi ini digunakan untuk penerangan, pemanas/pendingin ruangan dan kebutuhan rumah tangga.

Menurut skenario IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) jejak perubahan iklim di sektor properti ini akan naik hampir dua kali lipat menjadi 15,6 miliar ton CO2 ekuivalen pada 2030 atau sekitar 30% dari jumlah CO2 yang bersumber dari energi. Sektor properti juga bertanggung jawab atas sepertiga konsumsi bahan baku dunia – termasuk konsumsi 12% air bersih – dan menghasilkan 40% sampah padat.



Membangun gedung-gedung hijau baru dan program efisiensi energi di gedung lama bisa mengurangi pemakaian energi dan sumber daya alam secara signifikan. Penelitian oleh McKinsey menyimpulkan, sektor properti bisa mengurangi 3,5 gigaton (Gt) emisi CO2 dengan biaya US$ 35 per ton menggunakan teknologi dan pasokan energi terbarukan yang ada sekarang.

Dengan menciptakan bangunan hijau, jumlah sampah dan risiko terpapar bahan-bahan beracun juga bisa ditekan, terutama di negara-negara berkembang. Sebanyak 11% kematian di dunia berkaitan dengan polusi udara dalam ruang.

Yang terakhir, menghijaukan sektor properti bisa menciptakan lapangan kerja baru yang ramah alam. Saatnya Indonesia beralih ke bangunan hijau dan ramah lingkungan.

0 comments: